Jakarta – www.pantiasuhan-hidayah.org — UNESCO dan Kemenkominfo menjelaskan bila minat baca buku di Indonesia hanya di angka 0,001 persen.

Dengan demikian, dari seribu orang hanya satu orang yang gemar membaca buku.
Namun, menurut Prof Dr Mochamad Nursalim M Si yang juga dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) angka tersebut bersifat general. Terlebih di jenjang pendidikan tinggi, perpustakaan masih ‘dihuni’ mahasiswa walau jumlahnya tak seberapa.

Kebanyakan mahasiswa yang pergi ke perpustakaan sedang menyusun laporan, tugas akhir, atau jurnal. Dengan demikian menurut Nursalim buku masih sangat relevan dan menjadi sumber belajar yang utama.

Meski begitu, mungkinkah buku yang merupakan sumber belajar utama digantikan oleh media lain seperti menyaksikan video di YouTube? Begini pendapat Nursalim dikutip dari rilis di laman resmi Unesa, Kamis (10/8/2023).

Buku vs Youtube

Dijelaskan Nursalim buku adalah sumber belajar yang utama karena memiliki muatan yang terpercaya dan sudah melalui beberapa tahap seleksi. Namun, menurutnya internet atau media sosial tertentu juga termasuk sumber belajar.

“Banyak sekali hasil riset yang bisa diakses di internet. Juga, banyak sekali podcast, diskusi, seminar, atau kuliah umum bisa disaksikan di YouTube,” ujar Nursalim.

Belajar melalui YouTube atau mendengarkan orang diskusi atau podcast hampir mirip seperti mahasiswa yang sedang kuliah dan tengah mendengarkan dosennya mengajar di depan kelas. Langkah ini tentu suatu hal yang bagus untuk menunjang belajar mahasiswa.

Terutama bila video YouTube yang disaksikan berhubungan dengan hal-hal praktis seperti tutorial dalam melakukan sesuatu. Tapi, ketika berkaitan dengan kompetensi dan keilmuan, belajar lewat YouTube saja menurut Nursalim tidak cukup.

“Apalagi video podcast cenderung pendek dan hanya inti-intinya saja. Kita tahu pendapat orang, tapi tidak mengerti apa alasan atau premis orang di balik pendapat atau kesimpulannya itu. Intinya informasi tidak boleh ditelan mentah-mentah, tetapi perlu dipilah dan diverifikasi,” kata Nursalim.

Saran untuk Mahasiswa

Agar pembelajaran semakin maksimal ada beberapa saran dari dosen FIP Unesa ini, seperti:

Belajar dari banyak sumber

Mahasiswa tidak bisa mengandalkan buku saja atau YouTube saja melainkan perlu banyak sumber belajar. Bahkan ilmu yang didapat dari dosen di kelas juga harus diperluas dengan mendengarkan penjelasan sumber lain.

Sumber lain tersebut bisa didapat dari para ahli lainnya. Teman-teman bisa mengakses hal tersebut di kelas tambahan, pelatihan, atau menonton video di YouTube.

“Penting juga menelusuri, menggali, dan mendalami sendiri dengan membaca referensi utama atau ‘buku babon’ tiap disiplin keilmuan sebagai penguatan dan pendalaman,” tambahnya.

Mengetahui gaya belajar masing-masing

Selain itu Nursalim menyarankan agar mahasiswa tidak asal belajar tetapi perlu mengidentifikasi dulu gaya belajarnya masing-masing. Mungkin saja teman termasuk orang dengan gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik.

Nah, gaya belajar itu bisa menentukan media dan sumber belajar apa yang sebaiknya digunakan.

Lingkungan dan suasana belajar

Lingkungan dan suasana belajar juga harus diperhatikan mahasiswa. Jika mahasiswa merasa mudah bosan atau sulit belajar sendiri, maka belajar dengan cara diskusi kelompok bisa menjadi solusi.

Namun jika mahasiswa merasa lebih nyaman dengan belajar secara mandiri, makan temukan lingkungan yang nyaman untuk menunjang proses belajarmu.

Pemilihan waktu

Terakhir, Nursalim menjelaskan pemilihan waktu juga dapat mempengaruhi efektifitas belajar seseorang. Mahasiswa lebih baik melakukan pengulangan materi pembelajaran sesering mungkin, sehingga materi yang dipelajari dapat dipahami secara lebih mendalam.

“Bahkan jika memang dibutuhkan lakukan praktek atau uji coba langsung,” pungkasnya.